✉ info@leimena.org    +62 811 1088 854
IL News 009/2014

 

Jakarta, 8 Mei 2014

 

Fenomena perilaku intoleransi atau kekerasan atas nama agama semakin sering terjadi di Indonesia. Misalnya, munculnya kelompok-kelompok radikal dengan mengatasnamakan agama Islam telah menjadi sumber persoalan tersendiri. Padahal selama ini Islam di Indonesia terkenal sebagai Islam yang ramah, bukan yang ‘marah’. Sayangnya hal ini tak hanya menjadi masalah bagi Indonesia, tetapi juga bagi dunia, sehingga Islam di mata dunia kerap diidentikkan secara tidak akurat dengan kekerasan, kediktatoran, dan perilaku intoleran.


Ahmad Suaedy (Direktur Eksekutif Abdurrahman Wahid Center-Universitas Indonesia), Ahmad Syafii Maarif (pendiri Maarif Institute), Emil Salim (Ketua Dewan Pertimbangan Presiden), Pdt. Gomar Gultom (Sekum Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia), Harjono (mantan Hakim Konstitusi), Jakob Tobing (President Institut Leimena), Maruarar Siahaan (Rektor Universitas Kristen Indonesia), Musdah Mulia (Ketua Indonesian Conference on Religion and Peace), Nasaruddin Umar (Wakil Menteri Agama), KH. Salahuddin Wahid (Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng), RK Sembiring Meliala (Institut Leimena), dan YW Junardy (President Indonesia Global Compact Network). Pertemuan ini membahas ide untuk mengangkat Islam Indonesia yang ramah dan toleran sebagai model di tengah dunia Internasional.

Hal ini akan memberikan pandangan alternatif dan memperkaya pemahaman terhadap Islam di dunia, yang selama ini masih beorientasi kepada negara-negara di Timur Tengah sebagai model utama. Indonesia justru dianggap sebuah “anomali” karena merupakan negara demokratis dengan penduduk Muslim terbesar di dunia.


Di sisi lain, diharapkan masyarakat Indonesia sendiri menyadari aset berharga yang ia miliki dan merawatnya bagi masa depan. Dengan demikian, tindakan intoleran yang saat ini marak terjadi di tanah air dapat dicegah untuk berkembang di masa mendatang.

Para peserta secara aktif mengemukakan pemikiran mereka mengenai beberapa persoalan-persoalan di atas dan memetakan akar-akar penyebabnya. Diskusi berlangsung hangat dan sangat kaya.

Semoga pertemuan ini dapat berlanjut menjadi langkah-langkah yang lebih nyata dan riil. Saatnya Indonesia menyumbangkan pemikiran besar bagi dunia dan bagi masyarakatnya sendiri.

Responsible Citizenship

in Religious Society

Ikuti update Institut Leimena

Loading...