Civis 001/2012
Membumikan Pancasila di Bumi Pancasila
Jauh panggang dari api! Inilah kira-kira peribahasa yang tepat, untuk menggambarkan bagaimana penerapan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini.
Lihatlah kenyataan di lapangan! Kekerasan antar agama, perilaku diskriminatif terhadap minoritas, perampasan tanah rakyat, kebijakan-kebijakan yang tidak memihak pada rakyat, penegakan hukum yang tebang pilih, termasuk korupsi yang kian merajalela di kalangan elite; hanya sebagian kecil dari begitu banyaknya perilaku-perilaku yang tidak mencerminkan nilai-nilai Pancasila.
Jika hal ini dibiarkan terus, bukan tidak mungkin jika suatu saat nanti, bangsa ini akan kolaps. Maka sebelum hal itu terjadi, dan demi mewujudkan cita-cita mulia bangsa, maka pengamalan Pancasila harus diwujudnyatakan dalam hidup sehari-hari.
Bagaimana menerapkan Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, inilah yang perlu kita gumuli bersama. Bagaimana menurunkan gagasan yang luhur itu dalam kenyataan kehidupan berbangsa dan bernegara, sehingga ia tidak mengawang-awang seperti yang dikeluhkan banyak orang saat ini. Bagaimana mendefinisikan Pancasila dalam keseharian, sehingga ia sungguh benar menjadi roh penggerak hidup berbangsa dan bernegara.
Sadar ber-Pancasila
Hal pertama yang perlu dilakukan dalam membumikan Pancasila adalah dengan membangun kesadaran nasional, tentang betapa berharganya Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Betapa agung dan luhurnya gagasan yang terkandung dalam Pancasila, sebagai perekat yang beraneka ragam. Betapa besarnya peran Pancasila sebagai payung besar bagi lebih dari 200 juta jiwa yang bermukim di Indonesia.
Gerakan sadar ber-Pancasila dapat digalakkan melalui berbagai macam cara dan bentuk. Melalui institusi pendidikan yang memberi kesempatan kepada pelajar untuk berpikir kritis, ketimbang indoktrinasi. Memperkuat diskusi-diskusi sebagai sarana dialog untuk meluaskan wawasan tentang Pancasila sekaligus untuk mengantisipasi pemikiran-pemikiran dangkal mengenai Pancasila. Melalui peran media yang mengangkat berita-berita positif mengenai praktek pelaksanaan Pancasila, sehingga dapat memotivasi masyarakat untuk turut serta mengamalkan Pancasila, dan sebagainya.
Yang paling penting adalah, bahwa praksis sadar ber-Pancasila itu sendiri, harus dimulai sejak dini, sehingga nilai-nilai Pancasila dapat terpatri erat dalam diri manusia Indonesia.
Komitmen ber-Pancasila
Kesadaran, mendahului komitmen! Membangun kesadaran adalah langkah awal. Maka langkah selanjutnya yang perlu ditempuh dalam membumikan Pancasila adalah dengan membangun komitmen untuk mengamalkan Pancasila.
Pancasila tidak menjelma dengan sendirinya! Oleh karena itu, dibutuhkan komitmen dari seluruh masyarakat Indonesia untuk mengamalkannya, baik itu warga negara maupun penyelenggara negara.
Penyelenggara negara harus berkomitmen menjadikan Pancasila sebagai acuan dalam membangun bangsa. Pengelolaan Sumber Daya Alam, perlindungan terhadap tenaga kerja, termasuk Sistem Pendidikan Nasional, hendaknya dijiwai oleh semangat Pancasila. Intinya, rumusan kebijakan negara, haruslah merupakan pengejawantahan dari nilai-nilai luhur Pancasila.
Selain komitmen penyelenggara negara, maka komitmen warga negara juga tak kalah pentingnya dalam membumikan toleransi. Warga negara harus aktif dalam menghidupi Pancasila dalam hidup sehari-hari.
Semangat kearifan lokal Indonesia seperti saling menolong, menghargai perbedaan, hidup bersama dalam keberagaman, hendaknya terus digalakkan. Semangat gotong royong, yang pada dasarnya merupakan inti dari Pancasila, patut mewarnai kehidupan sehari-hari warga negara.
Jadi, penyelenggara negara dan warga negara harus sama-sama berkomitmen dalam ber-Pancasila. Jangan terjebak dengan paradigma yang hanya memberatkan pada satu pihak. Lebih baik menyinergikan komitmen penyelenggara negara dan warga negara dalam membumikan Pancasila.
Teladan ber-Pancasila
Hal terakhir yang tak kalah pentingnya dalam membumikan Pancasila adalah teladan ber-Pancasila. Sudah menjadi rahasia umum, bahwa Pancasila hanyalah sebatas wacana. Sebatas perbincangan dalam rapat-rapat pemerintahan, pun dalam diskusi-diskusi intelektual. Pancasila hanya sebatas retorika pemimpin, minus tindakan!
Dalam hal membumikan Pancasila, masyarakat butuh sosok yang dapat dijadikan panutan. Masyarakat butuh pemimpin yang tidak sekadar lihai dalam mengumbar indahnya Pancasila, tapi juga menjadi yang terdepan dalam menghidupi dan mengamalkan Pancasila.
Jika pemimpinnya menjadi teladan dalam ber-Pancasila, maka rakyat akan menirunya. Bukankah rakyat akan melakukan apa yang dilakukan oleh pemimpinnya?
Membumikan Pancasila: Perjuangan Tiada Henti
Akhirnya, jika kita ingin membumikan Pancasila, maka perjuangan menjadi sebuah keniscayaan. Dibutuhkan perjuangan yang tiada henti! Bukan perjuangan yang mudah, bisa jadi perjuangan yang amat panjang dan melelahkan.
Dibutuhkan kejelian untuk menguraikan Pancasila dalam bentuk yang lebih “operasional”, secara kreatif, adaptif, responsif dan kontekstual. Dibutuhkan cara-cara sederhana namun tetap ampuh dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila secara lebih riil.
Perjuangan membumikan Pancasila, inilah yang dikumandangkan oleh Bung Karno ketika mengumandangkan ide Pancasila di hadapan ratusan orang, 67 tahun yang lalu.
“Maka dari itu, jikalau bangsa Indonesia ingin supaya Pancasila yang saya usuklkan itu menjadi satu realiteit, yakni jikalau kita ingin hidup menjadi satu bangsa, satu nationaliteti yang merdeka, yang penuh dengan perikemanusiaan, ingin hidup di atas dasar permusyawaratan, ingin hidup sempurna dengan sociale rechtvaardigheid, ingin hidup dengan sejahtera dan aman, dengan ke-Tuhanan yang luas dan sempurna, janganlah lupa dengan syarat untuk menyelenggarakannya, ialah perjuangan, perjuangan, dan sekali lagi perjuangan!
Jadi, membumikan Pancasila? Mari kita perjuangkan bersama! Mulai dari diri sendiri, dan mulai dari sekarang! Demi anak cucu kelak. Demi Indonesia yang lebih baik!.
Penulis
Puan Sari Siregar, Fasilitator Pendidikan Warga Institut Leimena dan penggiat Komunitas 28