info@leimena.org    +62 811 1088 854
IL News No. 025/2011
oleh Institut Leimena

Kerjasama Gereja Kristen Luwuk Banggai dan Institut Leimena

18 Agustus 2011. Untuk pertama kalinya, Institut Leimena mengadakan diskusi langsung tatap muka (video conference) dari kantornya di Jakarta dengan hampir 30 peserta “Diskusi Warga” di Luwuk, kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Diskusi Warga Jarak Jauh melalui video conference ini dilakukan dengan teknologi sederhana, memanfaatkan jaringan internet. Program ini hasil kerjasama Institut Leimena dan Sinode Gereja Kristen Luwuk Banggai (GKLB), dengan dukungan fasilitas Lab Komputer SMA Kristen GKLB. Narasumber di Jakarta ialah Presiden Institut Leimena, Jakob Tobing, dan Direktur Center for Policy Analysis, Budi H. Setiamarga. Sedangkan di Luwuk hadir antara lain Pdt. Made Subagiarta (Sekretaris Sinode GKLB), Pnt. Rudi Budaya (Kepala Sekolah SMAK GKLB), Pdt. Jeri Moningka (Pembimas Kristen), Pdt. Vira Tandiawan (GKLB), serta beberapa pendeta lainnya, aktivis pemuda GKLB, guru-guru SMAK GKLB, mahasiswa, dan siswa SMA.

Program sekitar 2,5 jam ini dipandu oleh dua moderator, yaitu Pdt. Junus Labotano (Ketua Jemaat Sintuwu Maroso Kompi) di Luwuk dan Budi H. Setiamarga di Jakarta.  Setelah perkenalan, peserta di Luwuk membahas masalah kebudayaan nasional dalam kelompok-kelompok kecil. Bahan diskusi diambil dari artikel Jakob Tobing yang berjudul “Kebudayaan Indonesia Menurut Konstitusi: Eksposisi Pasal 32 UUD 45”, yang telah disiapkan menjadi bahan Diskusi Warga. Dalam diskusi ini, mereka belajar arti UUD 45 pasal 32 yang baru setelah amandemen, di mana sekarang “pengembangan budaya Indonesia adalah tanggung jawab  Negara, bukan hanya pemerintah tetapi juga masyarakat. Amandemen juga menggaris-bawahi bahwa identitas bangsa Indonesia seperti yang terkandung dalam sasanti Bhinneka Tunggal Ika harus dihayati. Persatuan (Tunggal) akan selalu ada bersama dengan kemajemukan (Bhinneka).” (Bahan lengkap, termasuk bahan-bahan Diskusi Warga lainnya dapat diunduh gratis di: http://www.leimena.org/id/page/v/119/unduh-dan-cetak-materi).

Program lalu dilanjutkan dengan dialog tatap muka langsung melalui telepon video internet. Masing-masing kelompok di Luwuk menyampaikan hasil diskusinya ke Jakarta, yang kemudian ditanggapi langsung oleh Jakob Tobing.  Diskusi tatap muka dengan telepon video ini menjadikan diskusi lebih interaktif dan menolong peserta di Luwuk lebih memahami peran pentingnya sebagai warganegara Indonesia dalam membangun kebudayaan nasional.

Penggunaan teknologi komunikasi yang praktis dan ekonomis ini merupakan terobosan awal untuk mengatasi kendala jarak bagi program Pendidikan Warga dan Diskusi Warga, mengingat kondisi geografis Indonesia. Langkah-langkah sederhana ini ditujukan untuk memperluas pendidikan kewarganegaraan (civic education), agar semakin banyak sesama warga kita di seluruh penjuru tanah air yang sadar dan mampu ikut serta menentukan nasib bangsa ini.

Responsible Citizenship

in Religious Society

Ikuti update Institut Leimena