IL News 011/2020
18 Mei 2020
Seorang Farisi menghampiri Yesus, bertanya mencobai Dia. “’Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?’ Yesus pun menjawab, ‘Kasihilah Tuhan Allahmu …. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihi sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.'”
Kisah dalam Alkitab ini tentu tak asing di telinga kebanyakan orang Kristen: sering dikotbahkan, dijadikan ayat hafalan, atau bahkan dikutip dalam kegiatan-kegiatan kekristenan.
Namun, bagaimana jika hukum yang tertulis dalam kitab suci Kristen ini, juga dimaknai oleh umat Muslim? Adalah seratus tiga puluh delapan (138) tokoh Muslim dunia dari berbagai mazhab yang menandatangani surat terbuka berjudul A Common Word Between Us and You pada tahun 2007 di Yordania, berisi ajakan pada para pemimpin gereja di dunia untuk berdialog dan bekerja sama demi kebaikan manusia dan perdamaian dunia.
Surat tersebut menyatakan bahwa Muslim dan Kristen bisa bekerja sama untuk perdamaian dengan mendasarkan pada dua perintah terbesar yang sama ditemukan pada kedua agama, yaitu Love of God dan Love of Neighbour (Kasih kepada Tuhan dan sesama).
A Common Word for the Common Good, inilah tema webinar Institut Leimena pada 18 Mei 2020 yang dihadiri oleh tiga ratus lima puluh satu (351) orang pemimpin, pendeta, dosen, dan aktivis dari berbagai gereja lintas denominasi, sekolah tinggi teologi dan universitas dari Sumatera Utara hingga Maluku. Peserta tersebar dari berbagai propinsi di Indonesia, bahkan luar negeri.
Kegiatan dimulai dengan doa pembuka yang dimpimpin oleh Pdt. Musa Salusu, Ketua Sinode Gereja Toraja. Matius Ho, MS, Direktur Eksekutif Institut Leimena, melanjutkan dengan menyambut seluruh peserta yang hadir. Ia menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan upaya Institut Leimena untuk turut membangun peradaban melalui kerja sama lintas agama.
Webinar ini menghadirkan Prof. Dr. Alwi Shihab (Senior Fellow, Institut Leimena) dan Pdt. Gomar Gultom, M.Th (Ketua Umum, PGI) sebagai narasumber. Ir. Daniel Adipranata, M.Div., Program Manager Institut Leimena, menjadi moderator pada acara yang berlangsung selama dua jam tersebut.
Alwi Shihab membuka dengan menyampaikan beberapa persamaan Muslim-Kristen, misalnya sama-sama memiliki kitab suci yang diturunkan dari Tuhan. Bahkan, sebagian tercatat dalam Al-Quran. Selanjutnya ia menjelaskan sejarah perjumpaan yang damai antara kedua agama misi ini, sekaligus juga ketegangan yang pernah terjadi disebabkan oleh adanya kepentingan politik. Dari awal, umat Islam selalu merasa ada kedekatan karena dalam Al-Quran, agama Samawi itu disebut sebagai satu kelompok keluarga kitab.
Gomar Gultom menekankan pentingnya beragama secara substansial: mendaratkan kasih pada Allah dan sesama, dalam kehidupan sehari-hari; melampui seremoni-seremoni keagamaan.
Pemikiran narasumber ini ditanggapi oleh peserta melalui tanya jawab. Antusiasme yang tinggi dari peserta terlihat dari tingginya kehadiran peserta, serta banyaknya pertanyaan dan tanggapan saat webinar berlangsung. Ada minat besar untuk dialog lintas agama membangun kerjasama bagi perdamaian bersama ini.
Semoga webinar ini menjadi sebuah upaya untuk membangunkan kembali semangat keberagamaan secara substansif, dan kerja sama lintas agama dalam membangun kemanusiaan, terlebih menghadapi Covid-19. Dunia yang lebih damai melalui persaudaraan di antara perbedaan kiranya terwujud oleh relasi lintas agama ini; itulah yang diaminkan seluruh peserta yang bersatu hati dalam doa penutup yang dipimpin oleh Pdt. Agustinus Purba dari Gereja Batak Karo Protestan.
Responsible Citizenship
in Religious Society
Ikuti update Institut Leimena