Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar (kemeja putih), menerima audiensi dari Senior Fellow Institut Leimena sekaligus Menteri Luar Negeri RI tahun 1999-2001, Dr. Alwi Shihab (tengah), dan Direktur Eksekutif Institut Leimena Matius Ho.
Jakarta, IL News – Menteri Agama Republik Indonesia (Menag RI), Prof. Dr. K.H. Nasaruddin Umar, melakukan audiensi dengan Senior Fellow Institut Leimena, Dr. Alwi Shihab, dan Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, di kantor Kementerian Agama RI, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Jumat (1/11/2024). Dalam audiensi ini, Menag mendorong pengembangan program Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) yang sejauh ini telah meluluskan 9.160 guru dan pendidik dari 37 provinsi di Indonesia.
“Apa yang kita gagas bersama, bisa dilanjutkan, dikembangkan karena itu sangat membantu bangsa ini,” kata Menag Nasaruddin dalam audiensi yang berlangsung hampir satu jam.
Masjid Istiqlal, yang saat ini juga dipimpin Menag Nasaruddin sebagai Imam Besar, merupakan salah satu mitra awal Institut Leimena dalam pelaksanaan program LKLB yang dimulai tahun 2021. Kerja sama program LKLB antara Masjid Istiqlal dan Institut Leimena telah dilaksanakan dalam 11 kelas dengan jumlah peserta lulus dari Masjid Istiqlal mencapai 1.400 orang terdiri dari guru, kader ulama, dan penyuluh agama.
“Program LKLB juga perlu diakomodir kepada guru-guru di pondok pesantren, sebagaimana telah dijalankan Institut Leimena bersama Pondok Pesantren Asadiyah dan Pondok Pesantren Al-Ikhlas di Sulawesi Selatan,” kata Menag Nasaruddin.
Audiensi Institut Leimena dengan Menteri Agama RI, Nasaruddin Umar, utamanya membahas tentang harapan dalam hubungan lintas agama di Indonesia, khususnya untuk dunia pendidikan.
Sementara itu, Alwi Shihab mengatakan pendekatan LKLB memperkuat kebijakan moderasi beragama yang menjadi prioritas pemerintah Indonesia. Pendekatan LKLB bisa menjadi pedagogi dari konsep moderasi beragama.
“Di sini sudah ada program moderasi beragama sebenarnya sangat sejalan dgn LKLB sehingga bisa dikawinkan,” kata Alwi yang merupakan Menteri Luar Negeri RI tahun 1999-2001 dan Utusan Khusus Presiden RI untuk Timur Tengah dan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) tahun 2015-2019.
Alwi menjelaskan program LKLB melatih para guru untuk mengembangkan interaksi harmonis, saling menghormati, dan kolaborasi positif lintas agama. Menurutnya, intoleransi masih tumbuh subur di Indonesia bukan semata disebabkan kebencian, melainkan karena kesalahpahaman ajaran agama. Itu sebabnya, LKLB menjadi semakin penting untuk disampaikan kepada guru agar bisa meneruskan kepada para siswa sebagai calon pemimpin bangsa di masa depan.
“Guru berada di garda terdepan untuk melindungi komunitasnya dari pengaruh intoleransi beragama dan ekstremisme. Sayangnya, kita mengamati bahwa meningkatnya radikalisme di lembaga-lembaga pendidikan dikaitkan dengan model penafsiran, pemahaman, dan pengajaran, serta aliran pemikiran tertentu,” kata Alwi Shihab.
Dalam audiensi ini, Institut Leimena juga menyampaikan ucapan selamat atas pelantikan Prof. Nasaruddin Umar sebagai Menteri Agama RI.
Dalam audiensi tersebut, Alwi juga menyampaikan ucapan selamat atas pelantikan Menag Nasaruddin Umar.
“Kami menyampaikan selamat dan sesungguhnya telah merasakan kepemimpinan Bapak selama ini untuk kemaslahatan semua umat beragama. Semoga Tuhan memberikan semangat yang luas kepada Bapak dalam menjalankan tugas sebagai Menteri Agama Republik Indonesia,” kata Alwi.
Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, juga menyampaikan harapan senada. Matius menyambut baik rencana pengembangan program LKLB dengan dorongan dari Kementerian Agama RI, termasuk pelaksanaan webinar internasional seri LKLB.
“Kami semua di Institut Leimena luar biasa ikut bergembira dan mengucapkan selamat kepada Bapak. Tuhan menempatkan Bapak untuk kepentingan bangsa,” kata Matius. [IL/Chr]
Responsible Citizenship
in Religious Society
Ikuti update Institut Leimena
@institutleimena
Warganegara.org
@institutleimena
Warganegara.org