info@leimena.org    +62 811 1088 854

IL News 009/2013

 

Pendidikan Warga ke-48 dan 49
Tentena dan Tomata (Sulawesi Tengah), 17-21 Juni 2013

 

Sintuwu Maroso adalah sebuah slogan dalam bahasa Pamona di Sulawesi Tengah yang mengandung makna bahwa di dalam kebersamaan ada kekuatan. Adat Sintuwu Maroso ini merupakan warisan yang sangat berharga yang perlu terus dirawat dan dilestarikan di tengah-tengah arus modernisasi masa kini dan latar belakang konflik di masa lalu.

Dalam upaya untuk ikut serta merawat semangat Sintuwu Maroso ini, Institut Leimena mengadakan Pendidikan Warga (PW) ke 48 di Tentena dan ke 49 di Tomata dalam kerjasama dengan Sinode Gereja Kristen Sulawesi Tengah (GKST). Kedua acara Pendidikan Warga, yang dihadiri oleh lebih dari 100 orang pendeta, penatua dan pimpinan sinode GKST ini, difasilitasi oleh Matius Ho dan Budi Setiamarga dari Institut Leimena.

Acara Pendidikan Warga ke 48 di Tentena dibuka oleh Pdt. Dr. Yuberlian Padele, Ketua Umum Majelis Sinode GKST yang dalam sambutannya mengungkapkan harapannya supaya kerja sama antara Institut Leimena dan Sinode GKST dapat dikembangkan lebih jauh untuk dapat membina warga GKST menjadi warga negara yang bertanggung jawab.

Dalam sambutannya di Pendidikan Warga ke 49 di Tomata, Pdt. Omnesimus Kambodji, MTh, ketua 1 Sinode GKST, menekankan pentingnya pencerdasan warga sehingga warga negara yang juga warga gereja dapat makin dimampukan untuk ikut serta membangun negara Indonesia yang lebih baik di masa mendatang.

Dalam kunjungan ini, juga diadakan penandatanganan Perjanjian Kerja sama antara Institut Leimena yang diwakili oleh Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, dengan GKST yang diwakili  oleh Ketua Umum Majelis Sinode GKST, Pdt Dr Yuberlian Padele.

Beberapa tanggapan dari peserta Pendidikan Warga di Tentena dan Tomata adalah sebagai berikut:

Sebagai Majelis Sinode GKST akan menfasilitasi dan mengkoordinir pertemuan berkala alumni Pendidikan Warga untuk membahas masalah-masalah aktual yang dihadapi Gereja dan masyarakat. ( Pdt Omnesimus Kambodji, Majelis Sinode GKST)

Akan membentuk Diskusi Warga di tempat kami berada untuk membicarakan dan mengatasi masalah yang sedang terjadi (Pdt Akriamawati Pangku, Gembala Jemaat GKST Adriani Kuku)

Menambah pengetahuan saya tentang apa itu politik, dan bagaimana sikap gereja (khususnya pendeta) menghadapi setiap kampanye (Pdt Wengga Agustina Mawuntu, Gembala Jemaat GKST Efrata Kamba)

Responsible Citizenship

in Religious Society

Ikuti update Institut Leimena