✉ info@leimena.org    +62 811 1088 854
IL News 002/2022

Jakarta, 21 Februari 2022 – Program peningkatan kapasitas guru madrasah dan pesantren untuk Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) memasuki tahap lanjutan berupa kelas upgrading (upgrading course) yang diikuti khusus oleh alumni. Kelas upgrading dalam format bedah buku digelar dua sesi pada 13 dan 15 Desember 2021.

Tema yang diangkat adalah “Menjadi Guru Transformer” dibawakan oleh Guru Besar Filsafat Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, Prof. Dr. Amin Abdullah.

“Prof Amin pernah menyampaikan sesuatu yang sangat menggugah bagi kami para guru. Beliau menyampaikan, guru itu seharusnya mentransformasi hidup, bukan sekadar transfer ilmu. Guru sebagai ‘transformer’ dari hidup anak-anak peserta didik kita,” kata alumni LKLB angkatan 1 yang merupakan Kepala Madrasah MI Muhammadiyah 25 Surabaya, Ferry Rismawan, selaku moderator Sesi I kelas upgrading, Senin (13/12/2021).

Lewat kelas upgrading, alumni LKLB mendapatkan kesempatan untuk berperan serta aktif, baik sebagai moderator maupun presenter. Partisipasi peserta dalam kelas ini dibatasi hanya untuk alumni LKLB yang mendaftar serta telah membaca Bagian V “Pendekatan Irfani dalam Multidisiplin, Interdisiplin, dan Transdisiplin Keilmuan” dari buku karya Prof. Dr. Amin Abdullah berjudul “Multidisiplin, Interdisiplin, dan Transdisiplin”. Peserta juga diwajibkan memberikan dua pertanyaan terkait isi bacaan tersebut.

Kelas upgrading merupakan pendalaman dari kelas pelatihan LKLB yang digelar oleh Institut Leimena dengan berbagai mitra seperti Maarif Institute, Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Masjid Istiqlal, UIN Sunan Kalijaga, dan Universitas Muslim Indonesia (UMI). Jumlah alumni program LKLB dalam kurun pelatihan Oktober-Desember 2021 telah mencapai lebih dari 1.200 orang dari 8 angkatan.

Moderator kelas upgrading Sesi II yaitu Wakil Kepala Madrasah MTs Muhammadiyah Purbolinggo Lampung Timur sekaligus alumni LKLB angkatan 2, Abdurrohman Sholeh, mengatakan tiga budaya berpikir atau nalar dalam khazanah intelektual Islam adalah al-‘aql bayany (pendekatan tekstual-skriptural), al-‘aql al-burhany (pendekatan akal-rasional), dan al-‘aql al-‘irfani (pendekatan hari nurani).

“Dari ketiganya, pendekatan irfani yang belum dieksplor dan dikembangkan dibandingkan dengan kedua nalar yang lain. Pendekatan yang utuh terintegrasi dan terkoneksi antara ketiganya adalah pendekatan yang ideal untuk menghadapi tantangan kehidupan keagamaan kontemporer,” kata Abdurrohman.

Ranah Objektif

Narasumber kelas upgrading, Prof Amin Abdullah, mengakui adanya kekhawatiran ketika agama mulai masuk ke dalam ranah objektif (realitas). Padahal, agama dan ranah objektif seperti keilmuan seharusnya berjalan beriringan.

Menurut Prof Amin, pendidikan selalu membutuhkan penyegaran metodologi mengikuti perkembangan keilmuan. Pendidikan tidak boleh anti-realitas, sebaliknya realitas harus menjadi bahan studi atau pembelajaran.

“Dalam pendidikan agama, jangan hanya subjektif, masuklah ke ruang objektif. Tapi banyak yang reluctant, enggan masuk ke situ. Ketika enggan masuk ke situ, maka tergilas kita oleh perjalanan keilmuan. Suka atau tidak suka,” kata Prof Amin yang juga ketua komisi kebudayaan di Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI).

Keterangan foto: Sejumlah alumni program Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) yang menjadi presenter kelas upgrading.

Presenter Sesi I, Guru MA Unggulan Al Hikmah Demak Jawa Tengah, Nur Hadi, menilai pendidikan Islam selama ini mengalami kejumudan (kemandekan) karena kurang adanya integrasi antara ilmu dan nilai-nilai Keislaman. Tujuan pendidikan Islam adalah menjadikan pribadi insan kamil yang memiliki religiusitas agama maupun sosial.

“Dua corak pikir yang pertama (bayany dan burhany) sering kita praktikkan dalam pembelajaran walaupun kadang tidak secara utuh sehingga muncul pemahaman rigid. Ketika pemahaman rigid maka akan mengarah kepada kekerasan karena parsial, tidak menghubungkan secara irfani,” kata Nur Hadi.

Presenter lainnya dalam Sesi I kelas upgrading adalah Guru MI Muhammadiyah 8 Bulu Balen Bojonegoro Jawa Timur, Ika Ristiana (alumni LKLB angkatan 3), Mudir Ponpes Daarul Faalah Merden, Banjarnegara, Jawa Tengah, Agus Triawan (alumni LKLB angkatan 1), dan Bagian Pendidikan dan Pengajaran Ponpes IMBS Miftahul Ulum Pekajang Pekalongan Jawa Tengah, Novianto (alumni LKLB angkatan 4).

Sedangkan, presenter Sesi II yaitu yaitu Kepala Madrasah MI Muhammadiyah 01 Watukebo Jember Jawa Timur, Edi Hartono (alumni LKLB angkatan 1), Guru MAN 1 Medan Sumatera Utara, Khairun Nisa Br Manik (alumni LKLB angkatan 5), Guru Madrasah Aliyah Al-Munawwarah Mamuju Sulawesi Barat, A. Misbariani (alumni LKLB angkatan 6), dan Guru MAN Kotawaringin Timur Kalimantan Tengah, Alivermana Wiguna (alumni LKLB angkatan 5). (IL/Chr)

Responsible Citizenship

in Religious Society

Ikuti update Institut Leimena

Loading...