info@leimena.org    +62 811 1088 854

IL News 013/2012
oleh Institut Leimena

Pendidikan Warga ke-30

Palu (Sulawesi Tengah), 5-6 Maret 2012

Dalam tulisannya yang berjudul “Menyoal Tanggung Jawab dan Peran Sosial Gereja-gereja di Indonesia (Sebuah Otopsi)”, Eka Darmaputera menjelaskan, bahwa dalam hubungan dengan mandat dan misi gereja sebagai “garam dunia”, gereja hanya punya tiga pilihan: (1) menjadi garam yang disimpan (pasif); atau (2) menjadi garam yang tawar (aktivisme); atau (3) menjadi garam yang mengasini (fungsional).

Jika diperhadapkan pada ketiga pilihan tersebut, apa yang akan kita pilih? Tentu saja dengan suara lantang kita akan menjawab: “… menjadi garam yang mengasini, yang mencegah terjadinya pembusukan di tengah-tengah masyarakat.“

Dalam kerinduan untuk terus menjadi garam yang mengasini, 33 orang pendeta dan pimpinan Sinode Gereja Protestan Indonesia Donggala (GPID) Sulawesi Tengah, mengikuti Pendidikan Warga (PW) ke-30, pada tanggal 5-6 Maret 2012 di Pusdiklat Sinode GPID di Jono’oge, Palu.   Acara ini dilaksanakan atas kerjasama antara Sinode GPID bersama Institut Leimena, dibawah koordinasi Pdt. Yance Darmawan, Wakil Ketua II Sinode GPID  dengan Matius Ho, Budi Setiamarga dan Puan Sari Siregar sebagai fasilitator.

Dalam kaitan dengan pelaksanaan Diskusi Warga di lingkungan Sinode GPID, pada tanggal  6 Maret 2012, ditandatanganilah Perjanjian Kerjasama antara Sinode GPID yang diwakili  oleh Pdt. Zakharias Wahyu Widodo, ketua Sinode GPID bersama Matius Ho, Direktur Eksekutif Institut Leimena. Melalui Diskusi Warga, sebuah langkah sederhana untuk mendorong keterlibatan warga diharapkan dapat dilakukan untuk memberikan rasa “asin” bagi kehidupan berbangsa dan bermasyarakat di negara Indonesia ini.

Mari simak komentar peserta terhadap PW ke-30 tentang manfaat yang mereka dapatkan:
“Bagi saya acara ini manfaatnya sangat banyak. Memberi pencerahan tentang bagaimana bersikap sebagai warga negara yang baik untuk bisa keluar dari keterkungkungan kesibukan pelayanan seputar hal-hal rohani saja, pada kepedulian diri terhadap hal-hal umum lainnya” (Pdt. Afriani H. Pagata, S.Th – GPID Golgota Raupa)
“Acara ini menjadi pemicu untuk bertindak dalam menularkan semangat nasionalisme, membangkitkan semangat untuk menjadikan Indonesia yang lebih baik” (Richardson Siwy – GPID Pniel, Palu)
“Saya akan membentuk kelompok di jemaat, membuat jadwal kegiatan dan melakukan diskusi warga” (Pnt. Jan Agus Paath, S.E.)
Kiranya, misi gereja sebagai garam dunia, terus terpatri dalam diri kita. Mari sama-sama berjuang menjadi garam yang mengasini: yang mencegah pembusukan!

Responsible Citizenship

in Religious Society

Ikuti update Institut Leimena