Berpolitik dengan Kasih Sesama Manusia. Pendidikan Politik Warga Negara
Badan Pekerja Majelis Sinode Gereja Toraja Mamasa (BPMS GTM) bekerja sama dengan Institut Leimena Jakarta melalui Badan Pekerja Majelis Klasis (BPMK) Polewali memberikan Pendidikan Politik bagi warga.
Kegiatan ini berlangsung selama tiga hari di Gedung Gereja Jemaat Musafir Lantora Kabupaten Polman. Peserta kegiatan ini berjumlah 73 orang yang terdiri dari BPMS – GTM, utusan dari beberapa Klasis di luar Polewali, dan utusan BPMK Polewali, Pendeta se-Klasis Polewali, utusan dari Jemaat/Bakal Jemaat dan Cabang Kebaktian se-Klasis Polewali.
Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar warga sadar dan mengerti tentang hak-hak politiknya.
Dalam kegiatan tersebut, Institut Leimena meramu materi pengajaran pendidikan meliputi : Pertama – Kewarganegaraan yang bertanggung jawab (Sudut pandang Kristen), Kedua – Politik dan Iman Kristen (Apakah aku penjaga sesamaku), ketiga – Pancasila, Keempat – Cita-cita Indonesia, dan Kelima – Indonesia kini (Dampak Amandemen UUD 1945 terhadap kita). Hadir sebagai pembicara adalah Matius Ho, Budi Setimarga dan Daniel Adipranata.
Dari hasil diskusi tersebut, diharapkan dapat dijadikan dasar pemikiran dalam menghadapi suasana politik pada pesta-pesta demokrasi sebagai bagian dari sikap warga negara yang baik.
Pemateri memberikan penjelasan tentang politik. Dalam penjelasannya, pemateri memulai dari arti kata politik. Menurutnya bahwa politik mempunyai arti dasar yaitu mengatur dan mengusahakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama dan kepentingan bersama. Mereka memberikan pandangan bahwa gereja berpolitik dengan konsep kasih sesama manusia bukan untuk perebutan kekuasan.
Selain itu beberapa hal umum tentang pengajaran politik yang disampaikan adalah bahwa pada prinsipnya politik itu bertujuan untuk saling menolong, mengutamakan kepentingan bersama walaupun berbeda pendapat. Lebih lanjut disampaikan bahwa politik itu bukan teknik untuk berkuasa melainkan etika untuk mengabdi. Disampaikan juga bahwa gereja sebagai institusi tidak berpolitk tetapi orang-orang di dalamnya. Selanjutnya dikatakan bahwa jika politik bertujuan untuk mengabdi, maka gereja berhasil dalam memberikan pendidikan politik warga sebagai pelaku politik.
Setelah kegiatan tersebut dilanjutkan dengan penandatanganan MOU antara Gereja Toraja Mamasa dengan Institut Leimena Jakarta dalam rangka pendidikan politik warga ke tahap berikutnya.
Sehubungan dengan pelaksanaan kegiatan ini Ketua Badan Pekerja Majelis Klasis (BPMK) Polewali, Sausiono berpendapat bahwa dengan adanya pembinaan sosial politik warga gereja merupakan langkah maju dalam kelembagaan Gereja Toraja Mamasa memiliki konsep yang sama tentang pengertian politik dalam pandangan Iman Kristen, dan nantinya seluruh warga GTM mampu melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya sebagai warga negara. Dia jgua mengharapkan kegiatan ini, dijadikan sebagai suatu program yang berkelanjutan.
Sementara itu mengenai Organisasi Kelembagaan Institut Leimena, hasil wawancara Pewarta Warta Kominfo dengan Pengelola Institut Leimena, mereka menjelaskan bahwa Institut Leimena adalah sebuah lembaga non profit yang mengkaji berbagai kebijakan dan permasalahan publik yang berkembang untuk ikut mendorong kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik, serta memfasilitasi implementasi program-program strategis yang relevan di tengah masyarakat.
Sesuai amanat Pancasila dan UUD 1945, Institut Leimena jgua percaya bahwa nilai-nilai keagamaan merupakan bagian integral dari landasan moral, etik, dan spiritual untuk membangun bangsa dan negara Indonesia. Oleh karena itu, kami juga percaya bahwa nilai-nilai Kristiani dapat ikut memperkaya pembangunan bangsa dan negara Indonesia, bukan untuk kelompok tertentu saja, tapi demi kesejahteraan umum.
Responsible Citizenship
in Religious Society
Ikuti update Institut Leimena