IL News 002/2019
Simposium Kepemimpinan Kristen STT Aletheia, Malang, 8 Januari 2019
Ruang seminar STT Aletheia, 8 Januari 2019, tampak penuh oleh 150 orang peserta yang terdiri dari tamu undangan dengan ragam profesi, serta mahasiswa dan dosen STT Aletheia. Mereka mengikuti Simposium Kepemimpinan Kristen STT Aletheia yang berjudul Tantangan Kepemimpinan Kristen Zaman Now.
Tan Yunus Sutandio, Ketua Prodi Sarjana Teologi Konsentrasi Musik Gereja, menyambut seluruh peserta dan membuka kegiatan secara resmi. Ia mengajak peserta untuk bersama bersyukur atas usia STT Aletheia yang sudah menginjak 50 tahun. Usia emas ini hendaknya menjadi momentum bagi STT Aletheia untuk semakin berkiprah bagi bangsa.
Budi H. Setiamarga, dari Institut Leimena, hadir sebagai narasumber yang menyampaikan dua topik ihwal kepemimpinan dan keindonesiaan.
Ia memulai sesi pertama dengan mengajak peserta melihat sejarah Indonesia yang majemuk sebagai kesatuan geografis dan melting pot suku dan agama-agama besar. Kemajemukan ini adalah anugerah! Peristiwa Sumpah Pemuda 1928 yang mengikrarkan ide kesatuan, memperteguh kesatuan Indonesia melampaui segala perbedaan.
Orang Kristen hendaknya terlibat dalam merawat ide kesatuan dan kemerdekaan Indonesia. Orang Kristen hendaknya berani bermimpi untuk kebaikan Indonesia, dan berperan dalam mewujudkannya.
Setelah membahas Gagasan Keindonesiaan, Budi Setiamarga melanjutkan topik kedua yang berjudul Membangun Mimpi Bersama. Ia memaparkan penelitian tentang proyeksi perkembangan agama pada 2050, di mana 60% populasi dunia akan dipenuhi oleh umat Kristen dan Islam. Oleh karena itu, perdamaian dunia ditentukan oleh relasi antar umar Kristen dan Islam.
Ia mengajak agar peserta menunjukkan identitas Kristen sebagai garam, dengan hadir di tengah-tengah masayarakkat. Meruntuhkan tembok apatisme, ke luar gedung gereja untuk bersahabat dan bekerja sama dengan yang berbeda agama, untuk mendatangkan kebaikan bagi semua orang.
Umat Kristen hendaknya menggumuli panggilan kepemimpinannya dengan terus mengembangkan kepekaan untuk bertindak, serta memanfaatkan perkembangan teknologi untuk menguatkan keindonesiaan.
Responsible Citizenship
in Religious Society
Ikuti update Institut Leimena