info@leimena.org    +62 811 1088 854
IL News 003/2019

Ibadah Pembukaan Semester Genap 2018 – STT Aletheia Malang, 8 Januari 2019

 

Budi Setiamarga, dari Insitut Leimena, Jakarta, hadir di STT Aletheia, Lawang, pada 8 Januari 2019, untuk memimpin ibadah pembukaan semester genap 2018.

Ia memulai ibadah dengan menunjukkan gambar ikan yang membusuk. Lalu melontarkan pertanyaan pada peserta: “mengapa ikan membusuk?”. Peserta diam sejenak. Kemudian ia mulai menjelaskan, “natur ikan adalah membusuk”.

Yang perlu dipertanyakan adalah, di mana garam yang seharusnya mencegah pembusukan? Dunia ibarat ikan tersebut, karena natur dosa, akan membusuk. Yang perlu dipertanyakan adalah, di mana orang Kristen-nya?

Pada tataran pengetahuan, orang Kristen paham akan identitasnya sebagai garam. Tapi praksisnya, masih jauh api dari panggang. Ibarat garam dalam plastik, orang Krsiten masih berada dalam plastik yang membuatnya enggan menggarami dunia. Plastik itu bisa berupa cara pandang bahwa politik itu kotor atau sindrom minoritas yang membuatnya merasa kecil.

Budi Setiamarga menjelaskan, bahwa sejak reformasi 1998, Indonesia sudah berubah. Perubahan UUD ‘45 menghasilkan sejumlah perubahan mendasar bagi Indonesia, salah satunya perubahan sistem pemerintahan otoriter menjadi sistem pemerintahan demokratis.

Demokrasi yang dianut di Indonesia, bukanlah demokrasi mayoritas, tapi demokrasi konstitusional. Bukan apa kata suara terbanyak, tapi apa kata konstitusi. Semua warga adalah setara di mata hukum. Dengan demikian, perdebatan soal mayoritas dan minoritas menjadi tak relevan dan substantif.

Beranjak dari pemahaman ini, maka orang Kristen seharusnya lebih berperan aktif sebagai garam yang mencegah pembusukan.

Umat Kristen hendaknya tak menyia-nyiakan keran demokrasi yang telah dibuka dan dijamin oleh Konstitusi, dengan menyibukkan diri dalam gedung gereja. Umat Kristen perlu ke luar dari gedung gereja, bertindak menjadi aktor perubahan dalam mencegah dan mengurai pembusukan di tengah-tengah masyarakat. Hanya dengan demikian, garam itu sungguh terasa manfaatnya. Hanya dengan demikian, demokrasi yang telah diperjuangkan dengan berdarah-darah itu, ada maknanya.

Foto ilustrasi: Amorpost.com

Responsible Citizenship

in Religious Society

Ikuti update Institut Leimena