Delegasi Indonesia bersama Wakil Presiden G20 Interfaith Forum (IF20), Katherine Marshall, dalam IF20 yang diadakan di New Delhi, India, 7-9 Mei 2023, menandai Presidensi India dalam G20 tahun ini.
IL News 010/2023
Jakarta, IL News – Enam tokoh dan penggiat kerja sama lintas agama dari Indonesia hadir sebagai delegasi dalam G20 Interfaith Forum (IF20) yang diadakan di New Delhi, India, 7-9 Mei 2023. Dalam forum tersebut, konsep Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) didorong menjadi platform bersama untuk mengatasi berbagai tantangan global dalam bidang pendidikan, pemberdayaan perempuan, hak asasi manusia (HAM), bahkan isu seperti perdagangan manusia (human trafficking).
Keenam tokoh tersebut adalah Ahli Utama Kantor Staf Kepresidenan (KSP) Prof. Dr. Siti Ruhaini Dzuhayatin, Anggota Dewan Pertimbangan Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Prof. Dr. Amin Abdullah, Pimpinan Pesantren Seblak Jombang dan Ketua Badan Wakaf Pesantren Tebuireng, K.H. Halim Mahfudz, Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Prof. Dr. Inayah Rohmaniyah, Wakil Ketua Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah Pimpinan Pusat (Dikdasmen PP) Muhammadiyah Alpha Amirrachman, dan Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho.
“G20 Interfaith Forum penting bagi Indonesia karena forum tahunan ini melibatkan para tokoh agama dan akademisi terkemuka dari berbagai negara untuk memberikan masukan, terutama kepada negara-negara G20 mengenai peran agama dan lembaga keagamaan dalam mengatasi berbagai krisis dunia,” kata Matius kepada IL News.
Matius menjelaskan seluruh delegasi Indonesia yang hadir merupakan bagian dari Program Internasional LKLB yang digagas oleh Institut Leimena. Mereka menjadi narasumber dalam sesi-sesi berbeda untuk membahas berbagai topik seperti pendidikan, kesetaraan gender, proteksi sosial, dan reformasi kemanusiaan.
“Program pelatihan LKLB yang ditujukan untuk guru dan pendidik agama berhasil membangun jejaring literasi keagamaan yang dapat menghadirkan tokoh dan pakar Indonesia dalam forum IF20,” ujarnya.
Ahli Utama Kantor Staf Presiden RI, Prof. Dr. Siti Ruhaini Dzuhayartin, saat menyampaikan paparannya.
Fundamental dan Sensitif
Sementara itu, Prof. Siti Ruhaini Dzuhayatin menjelaskan bahwa Kantor Staf Presiden turut serta memperkuat misi Presiden Joko Widodo untuk membangun resiliensi atau ketangguhan sosial melalui rasa saling percaya dengan memperkuat faktor paling fundamental sekaligus sensitif yaitu keragaman agama dan budaya.
Dia menambahkan program prioritas moderasi beragama perlu diarusutamakan secara lebih konkret lewat pendekatan LKLB dalam bingkai rule of law.
“Pendekatan LKLB ini pilot project sedang dilaksanakan oleh Kementerian Hukum dan HAM bersama Institut Leimena dengan berbagai simpul strategis seperti ormas agama, lembaga pendidikan, dan lainnya,” kata Ruhaini.
Terkait hal itu, Matius menjelaskan pendekatan LKLB bisa dipakai dalam berbagai konteks atau tantangan. Salah satu contohnya sebagaimana dipaparkan Ahli Utama KSP, Prof. Siti Ruhaini, yang mendorong tokoh-tokoh agama untuk berbicara secara terbuka di depan publik bahwa perdagangan manusia sebagai hal yang salah dan tidak sesuai ajaran agama.
“Jika saja hal itu disampaikan terus maka akan sangat mengurangi human trafficking. Ini sesuatu yang konkret, artinya bagaimana religious engagement yang didorong dalam LKLB bisa mengatasi masalah-masalah yang diangkat dalam G20,” kata Matius.
Senada dengan itu, Dekan Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, Prof. Inayah Rohmaniyah, menyampaikan pentingnya membangun program-program strategis terkait pemberdayaan perempuan baik secara kultural maupun struktural. Selain itu, pentingnya penyebarluasan penafsiran agama yang inklusif gender dan publikasi masif untuk peningkatan literasi gender.
“Perlunya kolaborasi dengan berbagai lembaga yang memiliki kepedulian terhadap pemberdayaan perempuan dan penafsiran agama yang inklusif gender. Seperti di UIN, kerja kolaboratif sudah dilaksanakan dengan Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) dan Institut Leimena,” kata Inayah.
Delegasi Indonesia lainnya seperti Prof Amin Abdullah berbicara dalam sesi pleno untuk memberikan pemahaman konteks global termasuk kerja sama lintas agama dalam program LKLB. Sedangkan, Pimpinan Pesantren Seblak Jombang K.H. Halim Mahfudz mengangkat peran Badan Wakaf Pesantren Tebuireng dalam mengupayakan perlindungan sosial lewat kegiatan-kegiatan sosial.
Para peserta IF20 di New Delhi, India.
.
Praktik Baik Pendidikan Muhammadiyah
Di pihak lain, Wakil Ketua Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah Alpha Amirrachman berbicara pada sesi “Looking Ahead to Education” dengan moderator mantan Ketua Komisi Kebebasan Beragama Internasional Amerika Serikat, Prof Michael K Young.
Dia mengatakan Muhammadiyah turut diundang karena peran aktifnya selama ini dalam membangun kerja sama dalam program LKLB yang disponsori Institut Leimena, serta diikuti oleh ribuan guru-guru sekolah dan madrasah Muhammadiyah.
“Program ini memberikan dampak yang cukup signifikan dalam membangun moderasi beragama dalam ranah pendidikan di Muhammadiyah,” ujar Alpha.
Alpha membagikan praktik baik sekolah-sekolah Muhammadiyah terutama di Indonesia bagian Timur dan wilayah lainnya di mana terdapat jumlah siswa non-Muslim yang cukup signifikan. Pengalaman Muhammadiyah menunjukkan mencairnya eksklusivitas agama di kalangan siswa khususnya antara siswa beragama Islam, Katolik, dan Protestan. [IL/Chr]
Responsible Citizenship
in Religious Society
Ikuti update Institut Leimena
@institutleimena
Warganegara.org
@institutleimena
Warganegara.org