info@leimena.org    +62 811 1088 854
IL News 027/2012
oleh Institut Leimena

Komunitas 28 adalah komunitas yang dibentuk Institut Leimena bagi kalangan muda untuk memperjuangkan Pancasila & cita-cita kemerdekaan Indonesia demi masa depan Indonesia.

Sejarah Indonesia membuktikan bahwa perubahan hampir selalu digerakkan oleh kaum muda. Salah satu buktinya terlihat ketika kaum muda Indonesia berhasil mendesak Bung Karno dan Hatta untuk segera merumuskan proklamasi kemerdekaan.

Kini, enam puluh tujuh tahun telah berselang. Salah satu warisan proklamasi, yaitu semangat persatuan mengalami banyak ancaman.

Semangat persatuan yang menyebabkan para pendiri bangsa mau menanggalkan jubah-jubah fanatisme kebinekaan. Mereka menunjukkan nilai-nilai keberanian, ketulusan, dan sikap patriotik demi merujudkan cita-cita bersama.

Namun, semangat persatuan itu kian pudar akhir-akhir ini. Wajah bangsa didominasi oleh kepentingan golongan, fanatisme agama, perda yang diskriminatif, apatisme praktis, dan perilaku konsumtif. Alhasil, semangat persatuan dan ideologi kebangsaan bukan lagi menjadi bahasa yang populer di masyarakat.

Pada 11 Agustus 2012, tiga puluh enam pemuda dari berbagai latar belakang pendidikan dan organisasi berkumpul dalam suatu wadah bernama Komunitas ’28.

“Proklamasi(h)?”, demikian topik diskusi pada pertemuan kali kedua Komunitas ini.  Antusiasme para peserta memenuhi kantor Institut Leimena, tempat berlangsungnya acara. Masih relevankah semangat Proklamasi di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara  saat ini? Demikian pertanyaan yang muncul saat itu.

Bapak Yasonna Laoly turut hadir sebagai narasumber. Ketua F-PDIP MPR RI ini membagikan realita dan pengalaman pribadinya, serta merefleksikan semangat Proklamasi  yang harus terus dipelihara kaum muda pada Indonesia kini.

Berikut kesan beberapa pemuda yang hadir pada pertemuan kali itu:

“Saya semakin dibukakan mengenai permasalahan negara kita, sehingga bisa melihat permasalahan akan negara Indonesia lebih dalam” (Esra Ginting)

“Mengenal Bapak Yasonna dengan lebih dekat, pribadi dan pemikirannya” (Theodorus Hedwin Kadrianto)

“Membuka wawasan saya sebagai pemudi Indonesia yang terkadang melupakan semangat proklamasi…..” (Yuliana T.P. Simamora) (YP)

Responsible Citizenship

in Religious Society

Ikuti update Institut Leimena