info@leimena.org    +62 811 1088 854
IL News 020/2018

 

Indonesia awalnya hanyalah sebuah gagasan di kalangan pemuda yang kemudian mereka perjuangkan bersama hingga tercapai kemerdekaan di tahun 1945. Sejarah mencatat misalnya Kongres Pemuda 1928 yang kemudian dikenal dengan Sumpah Pemuda. Satu nusa, satu bangsa, satu bahasa: Indonesia!

Padahal saat itu mereka datang dengan ‘label’ suku dan agamanya masing-masing. Jong Java, Jong Sumatra, Pemuda Kaum Betawi, Jong Islamieten Bond, dan sebagainya. Tapi demi sebuah gagasan, sebuah impian bersama sebagai satu bangsa yang merdeka, mereka bersepakat bahwa sekalipun mereka berbeda suku dan agama, tetapi mereka Satu sebagai Indonesia. Bhinneka Tunggal Ika.

Sumber foto: Google Maps

Lahirnya gagasan sebagai satu bangsa Indonesia ini menjadi topik pembinaan di Gereja Kristen Baptis Jakarta, Jemaat Samanhudi, di Jakarta pada tanggal 15 September 2018. Atas undangan Edi Budiono dan Manti Rivai, ketua dan sekretaris majelis jemaat, Matius Ho dari Institut Leimena hadir sebagai narasumber. Acara pembinaan jemaat ini juga dihadiri Gembala Sidang Pdt. Johan Gopur dan dipandu oleh Timotyus Yuwono.

Selain lahirnya gagasan Indonesia, acara itu juga membahas kejadian amat penting di tahun 1999-2002, yaitu amandemen (perubahan) UUD 45 yang mengubah Indonesia menjadi negara demokrasi dan negara hukum. Pemilihan presiden langsung, perlindungan hak-hak asasi manusia yang membaik, pers yang bebas membongkar kasus korupsi, dan banyak kemajuan lain merupakan hasil amandemen tersebut.

Akankah Indonesia menuju visi yang diperjuangkan para pendiri bangsa, termasuk pemuda-pemudi di Kongres 1928 itu? Modal utama kita sama dengan mereka: jangan biarkan ‘label’ suku dan agama memecah belah kita. Mereka bersatu menghadapi penjajah, musuh utama yang memakai taktik memecah belah, devide et impera. Musuh ini akan selalu ada dalam wujud yang berbeda.

Kita harus belajar dari pemuda-pemudi Indonesia 80 tahun yang lalu. Jangan mau dipecah belah oleh isu suku, ras, atau agama. Mereka yang ingin memecah belah, itulah musuh kejayaan bangsa Indonesia. Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, demi masa depan Indonesia yang gemilang!

Responsible Citizenship

in Religious Society

Ikuti update Institut Leimena