✉ info@leimena.org    +62 811 1088 854

Direktur Eksekutif Institut Leimena Matius Ho (baris pertama, kedua) bersama Ketua STT Amanat Agung Casthelia Kartika, D.Th. (baris pertama, ketiga), dan Dosen STT Amanat Agung Pdt. Andreas Himawan (baris pertama, pertama) dalam Theological Colloquium pada 31 Oktober 2022.

IL News 001/2023

Jakarta, IL News  – Di tengah berbagai tantangan isu publik, iman dan teologi seharusnya mampu berperan sebagai pandu bagi umat Kristen sekaligus berkontribusi nyata untuk kepentingan masyarakat lebih luas. Peran aktif dari orang-orang Kristen sangat dinantikan menjadi bagian dari solusi antara lain untuk mengatasi kemiskinan, rekonsiliasi antar golongan, diskriminasi dan kekerasan, pelecehan seksual, korupsi, akses terhadap kesehatan dan pendidikan yang layak, pluralisme, dan lainnya.

Hal tersebut menjadi latar belakang pelaksanaan Theological Colloquium 2022 bertemakan “Gereja dan Teologi Publik” pada 31 Oktober 2022 sebagai rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-25 Sekolah Tinggi Teologi (STT) Amanat Agung. Acara dibuka oleh Ketua STT Amanat Agung Casthelia Kartika, D.Th. dengan menghadirkan narasumber Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, Pdt. Prof. Joas Adiprasetya, Th.D. dari Sekolah Tinggi Filsafat Theologi (STFT) Jakarta, dan Pdt. Andreas Himawan, D.Th. dari STT Amanat Agung.

Dalam paparannya, Matius Ho menyampaikan kehidupan bangsa yang majemuk menghadapi tantangan munculnya ancaman polarisasi dan perpecahan. Menurutnya, politik identitas yang semakin kuat dengan memanfaatkan isu agama, suku, dan ras telah memperburuk polarisasi sebagaimana diperingatkan oleh survei dari dalam dan luar negeri.

“Sementara itu, pendidikan agama di sekolah dan perguruan tinggi di Indonesia masih kurang mampu untuk ikut membangun sikap saling menghargai antar penganut agama yang berbeda,” kata Matius dalam acara yang diadakan secara hybrid dengan kehadiran 84 peserta dari berbagai gereja, lembaga pelayanan Kristen, sekolah, dan seminar.

Foto kiri: Matius Ho memberikan penjelasan di depan peserta. Foto kanan: Para pembicara panel Theological Colloquium 2022 STT Amanat Agung yaitu Pdt. Andreas Himawan, Pdt. Joas Adiprasetya, dan Matius Ho.

Matius menyatakan Institut Leimena bekerja sama dengan berbagai lembaga terkemuka di Indonesia sedang mengembangkan program peningkatan kapasitas guru dalam Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB). Tujuannya membangun harmoni lintas agama dengan menitikberatkan pelatihan kepada tiga kompetensi yaitu kompetensi pribadi (memahami agama sendiri dengan baik), kompetensi komparatif (mengenal agama lain agar terbangun empati dan keterbukaan), dan kompetensi kolaboratif (mendorong kerja sama dengan penganut agama lain).

“Program LKLB menjadi penting menjaga kesepakatan bangsa Indonesia untuk selalu bersama-sama dalam menghadapi berbagai persoalan dunia masa kini,” katanya.

Menurut Matius, Indonesia yang majemuk berupaya untuk bersatu menjadi sebuah bangsa lewat kesepakatan-kesepakatan (convenant) seperti Sumpah Pemuda pada 1928 dan Pancasila. Pendirian Institut Leimena sendiri juga terinspirasi dari Dr. Johannes Leimena yang pernah menjadi Wakil Perdana Menteri Indonesia dan berkontribusi penting dalam terwujudnya Sumpah Pemuda sebagai Sekretaris Kongres Pemuda tahun 1928.

Matius menambahkan perjalanan sejarah bangsa Indonesia adalah contoh dari konsep yang dinamakan “covenantal pluralism”, yaitu suatu kondisi dimana masyarakat yang majemuk mampu hidup bersama secara damai bahkan bekerja untuk kebaikan bersama karena ikatan kesepakatan tersebut. Kesepakatan-kesepakatan yang dimiliki Indonesia tidak hanya berbentuk peraturan yang bersifat kaku, tetapi juga hubungan antar manusia yang lebih luwes.

“Masyarakat majemuk yang demikian dipersatukan tidak hanya dengan konstitusi yang menjaga kesetaraan dan sifatnya ‘top-down’, tetapi juga oleh budaya yang mendukung komitmen untuk saling menghormati, gotong royong, dan sifatnya ‘bottom-up’,” ujarnya.

Theological Colloquium STT Amanat Agung dibagi dalam tiga sesi pleno yaitu Pleno 1 dibawakan oleh Pdt. Joas Adiprasetya dengan tema “Gereja dan Teologi Publik: Sebuah Konstruksi Teologis”, Pleno 2 dibawakan oleh Matius Ho dengan tema “Gereja dan Teologi Publik: Praksis dalam Konteks Indonesia”, dan Pleno 3 dibawakan oleh Pdt. Andreas Himawan dengan tema “Gereja dan Teologi Publik dalam Perspektif Injili”. [IL/Chr]

Responsible Citizenship

in Religious Society

Ikuti update Institut Leimena

Loading...