info@leimena.org    +62 811 1088 854

IL News 018/2018

 

“Saya seorang Tionghoa, yang sejak kecil bergaul dengan etnis Tionghoa juga. Saya baru bergaul dengan teman-teman di luar etnis saya, setelah saya masuk STTB, di mana saya menemui teman-teman dari beragam suku. Pelajaran PKN ini, membuat saya makin mencintai Indonesia”, ungkap seorang mahasiswi pada akhir perkuliahan Pancasila dan Kewiraan, Sabtu, 8 September 2018. Proses pembelajaran yang terselenggara atas kerja sama STTB (Sekolah Tinggi Teologi Bandung) dengan Institut Leimena (IL) ini, difasilitasi oleh Grace Emilia (STTB), Budi Setiamarga dan Puansari Siregar (IL).

Adalah mata kuliah Pancasila yang menjadi topik pembelajaran saat itu. Mahasiswa diajak untuk menyusuri jejak Pancasila dalam Alkitab. Kisah Nehemia dan Orang Samaria yang Baik Hati, menunjukkan nilai-nilai kemanusiaan, demokrasi, dan keadilan; yang juga merupakan sila-sila Pancasila. Melaluinya, mahasiwa belajar bahwa nilai Pancasila itu baik dan sejalan dengan iman Kristen.

Penelusuran tentang Pancasila berlanjut pada pembahasan tentang kesatuan sila-sila Pancasila. Penerapan satu sila Pancasila, harus mensyaratkan sila-sila lainnya. Sila-sila Pancasila itu berkelindan: saling melengkapi, erat menjadi satu. Tak mungkin berbicara persatuan, tapi mengabaikan keadilan. Tak mungkin berbicara ketuhanan, tapi menindas kemanusiaan.

Prinsip Pancasila inilah yang perlu terus digumuli dan dihidupkan secara segar dan kontekstual, dari generasi ke generasi, supaya roh-nya dapat dirasakan semua orang. Dengan demikian, tak hanya mahasiswa yang disebut pada awal tulisan ini yang mengalami pencerahan menjadi cinta Indonesia. Tapi juga semua anak bangsa, yang rasa cintanya pada bangsa ini pudar karena ketidaktahuan, atau karena ironi praksis Pancasila di negeri ini.

Responsible Citizenship

in Religious Society

Ikuti update Institut Leimena