info@leimena.org    +62 811 1088 854

IL News 010/2012
oleh Institut Leimena

Pendidikan Warga ke-28

Tomohon (Sulawesi Utara), 28-29 Februari 2012

Mapalus adalah suatu bentuk kerjasama untuk kepentingan bersama dalam budaya  suku Minahasa. Mapalus adalah modal sosial yang didasarkan pada kebijaksanaan lokal masyarakat Minahasa. Mapalus, suatu bentuk gotong-royong tradisional yang memiliki perbedaan mendasar dengan bentuk-bentuk gotong royong modern, seperti perkumpulan atau asosiasi usaha. Mapalus sebagai sebuah sistem kerja memiliki nilai-nilai etos seperti, etos resiprokal, etos partisipatif, solidaritas, responsibilitas, gotong royong, disiplin, transparansi, kesetaraan dan saling percaya.

Tujuan utama Mapalus adalah dengan penuh kesadaran dan tanggung jawab menjadikan manusia dan kelompoknya untuk saling menghidupkan dan mensejahterakan setiap orang dan kelompok dalam komunitasnya. Mapalus adalah hakekat dasar dan aktivitas kehidupan orang Minahasa yang terpanggil dengan ketulusan hati nurani yang mendasar.

Mapalus sebagai sebuah sistem kerja memiliki nilai-nilai etos seperti, etos resiprokal, etos partisipatif, solidaritas, responsibilitas, gotong royong, disiplin, transparansi, kesetaraan dan saling percaya.

Mapalus berasaskan kekeluargaan, keagamaan, dan persatuan dan kesatuan. Bentuk Mapalus, antara lain: Mapalus tani, Mapalus nelayan, Mapalus uang, Mapalus bantuan duka dan perkawinan; dan Mapalus kelompok masyarakat.

Di bumi Minahasa, pada tanggal 28-29 Februari 2012, tim dari Institut Leimena (Matius Ho, Daniel Adipranata, dan Santhy Chamdra) mengadakan Pendidikan Warga ke 28 kerjasama dengan sinode Gereja Masehi Injili Minahasa (GMIM). Acara ini diadakan di gereja GMIM Jemaat “Immanuel” Walian, Tomohon, Sulawesi Utara. Pendidikan Warga selama 2 hari ini diikuti oleh sekitar 50 orang peserta dari Tomohon, terdiri dari Pendeta jemaat, beberapa ketua wilayah GMIM, dan para aktifis Pemuda Gereja GMIM.

Pendidikan Warga dibuka secara resmi oleh wakil ketua bidang Hubungan Kerjasama BPMS Sinode GMIM, Pdt Roy Tamaweol. Dalam sambutan pembukaan, Pdt Roy menekankan pentingnya warga gereja untuk berperan aktif dan terlibat secara konstruktif dalam pembangunan bangsa. Yang khusus dalam Pendidikan Warga kali ini, keseluruhan acara dilakukan dalam konteks ibadah. Acara diawali dengan ibadah dan kemudian keesokan hari diakhir Pendidikan Warga, ibadah ditutup. Pdt Decky Lolowang, ketua Sinode Am Gereja  (SAG) Suluttenggo, diberi kesempatan untuk menutup secara resmi Pendidikan Warga ke 28 ini.

Beberapa komentar dari peserta:

“membangun rasa nasionalisme yang lebih tinggi; Lebih menyadari tugas dan tanggungjawab sebagai warga negara, yang tidak dapat dipisahkan dari tugas pelayanan dan kesaksian”  (Pdt Sophia Rau, Jemaat Syalom, Tomohon)

“mengkritisi setiap produk UU dan Peraturan Pemerintah lebih khusus di daerah, dan membuka ruang Diskusi Warga lebih khusus di jemaat tempat melayani” (Pdt Petra D.E.F. Rau, GMIM Tomohon)

Responsible Citizenship

in Religious Society

Ikuti update Institut Leimena