IL News 021/2018
Menggunakan hak pilih di Pilpres (Pemilihan Presiden) dan Pileg (Pemilihan Legislatif: DPR/DPD/DPRD) 2019 haruslah mengingat bangsa Indonesia seperti apa yang kita inginkan di masa depan. Apakah tetap bangsa yang majemuk tapi dipersatukan oleh cita-cita kemerdekaan bersama, bhinneka tunggal ika? Atau bangsa yang terpecah belah oleh sentimen SARA? Apakah akan tetap ideologi Pancasila atau ideologi radikal seperti ISIS yang mengancam NKRI? Apakah tetap demokrasi atau atau kembali ke jaman otoriter?
Pertanyaan-pertanyaan besar ini perlu kita ingat ketika memilih di Pilpres dan Pileg, karena pilihan kita akan menentukan jawaban-jawabannya. Para pimpinan gereja dan lembaga pelayanan Kristiani diingatkan akan hal ini melalui ceramah Duta Besar Jakob Tobing, Presiden Institut Leimena, dalam Seminar Kebangsaan dengan tema “Peran dan Sikap Gereja Menghadapi Pileg/Pilpres 2019” di Graha Oikoumene PGI, Jakarta, pada tanggal 1 Oktober 2018.
Seminar yang diprakarsai oleh Transform-world Connection Indonesia dan Yayasan Pondok Sentosa juga menghadirkan narasumber Pdt. Dr. A.A. Yewangoe, Pdt. Gomar Gultom, dan Dr. Iman Santoso. Para peserta juga diingatkan bahwa orang Kristen di Indonesia bukan dalam pembuangan, seperti yang sering diartikan dari Yeremia 29:7. Tapi lebih tepat adalah diutus untuk menjadi terang bagi bangsa-bangsa seperti dalam Yesaya 49:6. Mentalitas orang Kristen haruslah mental seorang utusan, bukan seorang buangan.
Responsible Citizenship
in Religious Society
Ikuti update Institut Leimena