✉ info@leimena.org    +62 811 1088 854
IL News 018/2012
oleh Institut Leimena

Pendidikan Warga ke-33

Denpasar (Bali), 13-14 April 2012

Bali selalu indentik dengan liburan, pulau Dewata, pantai Kuta, pura atau pasar seni. Tahukah kita bahwa di Bali, ada komunitas orang Kristen yang telah berkembang di tanah Bali sejak tahun 1931. Mereka terhimpun dalam Gereja Kristen Protestan Bali (GKPB). Saat ini, GKPB melayani 71 jemaat, dengan anggota lebih dari 13.000 jiwa.

Institut Leimena bekerja sama dengan GKPB mengadakan Pendidikan Warga bagi para Pendeta dan jemaat GKPB. Kegiatan ini berlangsung di kantor sinode dan difasilitasi oleh – Pdt. Dr. Ketut Waspada, Sekretaris Departemen Persekutuan dan Pembinaan GKPB. Dari Institut Leimena hadir Matius Ho, Budi H. Setiamarga dan Taor Siahaan.

Di akhir Pendidikan Warga ke-33 ini, dilakukan penandatanganan Perjanjian Kerjasama Program Diskusi Warga antara Sinode GKPB dan Institut Leimena.  Dari GKPB diwakili oleh Ketua Sinode GKPB, Pdt I Wayan Sudira Husada dan Sekum Sinode Pdt I Made Priana, sedang dari Institut Leimena diwakili oleh Direktur Eksekutif, Bapak Matius Ho.

Yang menarik dari Pendidikan Warga kali ini adalah ide-ide kreatif dan spontan dari para peserta. Dimulai dari hal-hal sederhana, seperti menggerakkan seluruh jemaat untuk melakukan gerakan seribu sebagai modal melakukan bedah rumah.

Ada pula usul dari jemaat, yang direspon oleh Sekum Sinode GKPB, untuk menambahkah lagu-lagu kebangsaan dalam liturgi acara-acara tertentu di jemaat.

Bahkan di sela-sela diskusi, Bapak Nyoman Sandiyana (peserta PW) menyanyikan salah satu lagu kidung Jemaat dengan alunan lagu Rayuan Pulau Kelapa.

Tanya jawab dalam setiap sesi dan Diskusi Warga tampak riuh dengan keinginan untuk mulai membangun kesadaran akan kebersamaan dan pemahaman kebangsaan di kalangan Gereja dan masyarakat Bali.

Bapak Gusti Putu Manuaba mengatakan, ”Pendidikan Warga ini sangat bermanfaat untuk menambah wawasan dalam bernegara dan bergereja. Saya akan melanjutkan untuk membentuk kelompok-kelompok Diskusi Warga di jemaat.”

Ada semangat dan komitmen untuk membangun kesadaran sebagai warga negara yang bertanggung jawab di kalangan jemaat, yang disambut oleh seluruh peserta dengan antusias.

Memang, kebersamaan dalam keberagaman haruslah dibangun mulai dari kesadaran masyarakat itu sendiri. Dipupuk mulai dari keluarga, dibina di gereja, dan dikembangkan di masyarakat.

Responsible Citizenship

in Religious Society

Ikuti update Institut Leimena

Loading...