IL News 022/2017
Melalui Pengalaman Melayani Bangsa, peserta diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan belajar secara langsung dari tokoh-tokoh besar bangsa. Jakob Tobing, Maruarar Siahaan, Andreas Yewangoe dan Maria Farida adalah sederetan nama yang mengisi sesi pengalaman melayani bangsa pada program Johannes Leimena School of Public Leadership 2017. Nama-nama yang sudah teruji prestasi dan karyanya bagi Indonesia.
Jakob Tobing adalah tokoh yang berjasa dalam suksesnya amandemen UUD 1945. Ia berhasil memimpin sidang amandemen UUD 1945 yang menentukan nasib bangsa. Ia berhasil memimpin semua anggota sidang yang bukan hanya berbeda agama dan suku, tapi juga berbeda dalam hal pemikiran. Amandemen UUD 1945, diyakini sebagai dasar lahirnya Indonesia baru. Jelas, Jakob Tobing memiliki karakter yang kuat sebagai seorang pemimpin. Jakob Tobing bercerita tentang masa kecilnya dan bagaimana ia selalu memberikan yang terbaik untuk setiap pekerjaan yang dipercayakan kepadanya. Dipercayakan menjadi salah satu wakil rakyat pada usia yang sangat muda, Jakob Tobing selalu bekerja keras dan menjaga relasi yang baik dengan siapa saja. Sikap netral dan bertanggung jawab inilah yang membawanya untuk terus menduduki posisi-posisi yang bahkan tidak pernah ia kejar.
Sering tampil di layar kaca untuk memberikan pendapat terhadap sebuah kasus yang sedang hangat di Indonesia, sosok Bapak yang satu ini pasti sudah tidak asing lagi. Maruarar Siahaan adalah salah satu Hakim Konstitusi Pertama di Indonesia. Walaupun memiliki jabatan yang tinggi, Maruarar Siahaan dikenal sebagai sosok yang sederhana dan sangat humoris. Kesederhanaannya patut diteladani. Ia tidak pernah memandang orang berdasarkan status. Baginya, semua orang adalah sama: baik supir, maupun pejabat. Selain kesederhanaan, ia juga dikenal sebagai sosok yang humoris dan bisa menempatkan diri pada berbagai situasi. Kehadirannya dianggap mampu mencairkan situasi dan membawa rasa bahagia.
Kecintaan Andreas Yewangoe terhadap bangsa, membuat beliau selalu mengikuti perkembangan politik di Indonesia. Ketika nama Joko Widodo belum terkenal, ia sudah memprediksi dan mengajukan nama Joko Widodo sebagai calon Presiden RI. Selain mencintai dunia politik, Beliau juga sangat cinta membaca. Baginya, membaca adalah kebutuhan. Meski di usia yang sudah cukup tua, ia terus membaca dan mengisi diri dengan menuliskan pemikirannya melalui berbagai media. Pernah menjadi Ketua PGI (Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia) hingga Ketua Majelis Pertimbangan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia, hingga kini Andreas Yewangoe masih terus berkarya bagi Indonesia, dengan menjadi Anggota Dewan Pengarah Unit Kerja Presiden Pembinaan Ideologi Pancasila (UKP PIP).
Maria Farida adalah satu-satunya tokoh perempuan untuk sesi Pengalaman Melayani Bangsa. Ia adalah satu-satunya sosok perempuan yang menjadi Hakim Konstitusi, selama dua periode. Ia dikenal sebagai sosok yang berani berbeda pendapat. Pada kasus usia pernikahan anak, ia adalah satu-satunya dari 9 (sembilan) hakim yang mengajukan pendapat berbeda, dengan menaikkan batas usia pernikahan anak. Kesibukan menjadi Hakim Konstitusi tidak lantas membuat Maria Farida mengabaikan tanggung jawabnya sebagai seorang Ibu. Ia dapat membagi waktu yang dimiliki dengan baik; antara keluarga dan pekerjaan. Hidup itu boleh mengalir, tetapi harus mengalir ke arah dan tujuan yang benar. Begitulah pesan beliau kepada setiap peserta.
Responsible Citizenship
in Religious Society
Ikuti update Institut Leimena