Para narasumber, penanggap, dan moderator webinar penelitian Conversation That Matters (CTM) bertajuk “Nationalism & Theological Imagination” pada 12 Februari 2022.
IL News 008/2022
Jakarta, 25 Mei 2022 – Sekolah Tinggi Teologi (STT) Bandung mengadakan webinar penelitian Conversation That Matters (CTM) bertajuk “Nationalism & Theological Imagination” yang memaparkan tiga hasil penelitian tentang identitas orang Kristen dan pergumulan teologis mereka di tengah kehidupan berbangsa dan bernegara. Hasil penelitian tersebut diharapkan bisa mendorong keterlibatan aktif umat Kristen dalam menghadapi tantangan kebangsaan.
Webinar pada 12 Februari 2022 itu menghadirkan tiga narasumber yaitu dosen pendidikan STT Bandung, Silvia Wiguno, yang meneliti tentang peran sekolah Kristen dalam pembentukan nasionalisme siswa di beberapa SMA Kristen di Bandung, Jawa Barat. Narasumber lainnya adalah penginjil Gereja Kristen Immanuel (GKIm) Ka Im Tong, Mulyawan Santoso, yang membahas faktor-faktor pembentuk perilaku hidup rukun antara penganut agama Kristen dengan penganut agama lain, dan Iman Jaya Zandroto yang sedang menyelesaikan S2 di Vancouver School of Theology, mengulas prinsip pelayanan Yesus dalam masyarakat Yahudi yang diskriminatif menurut Injil Matius serta relevansinya bagi gereja di Indonesia.
Direktur Eksekutif Institut Leimena, Matius Ho, selaku penanggap dari ketiga hasil penelitian itu, menyoroti keberadaan orang Kristen sebagai “garam dunia” untuk mencegah terjadinya “pembusukan”.
“Jika dalam suatu komunitas sudah ada umat Kristen, ada gereja, STT, tetapi masyarakat tetap merosot, turun secara moral, maka pertanyaannya, bukan mengapa masyarakat semakin membusuk, tetapi mengapa garam yang ada di dalam masyarakat tidak mampu mencegah pembusukan tersebut?” kata Matius.
Matius juga menyampaikan pengalaman Institut Leimena dalam mengembangkan partisipasi umat Kristiani sebagai warga negara yang bertanggung jawab. Menanggapi penelitian Mulyawan Santoso, Matius mengatakan Institut Leimena sedang mengerjakan program internasional Literasi Keagamaan Lintas Budaya (LKLB) yang bertujuan memperkuat tiga kompetensi penting untuk bekerja sama dengan orang berbeda agama yaitu kompetensi pribadi, kompetensi komparatif, dan kompetensi kolaboratif.
Sementara itu, Silvia Wiguno, yang meneliti peran sekolah Kristen dalam pembentukan nasionalisme, menyebut sekolah Kristen memiliki keunikan dan kesempatan besar untuk membentuk nasionalisme siswa. Penyusunan kurikulum nasionalisme di sekolah Kristen dilakukan dengan meletakkan Firman Tuhan sebagai fondasi dan terintegrasi dalam seluruh konten dan kondisi pembelajaran.
“Sekolah Kristen perlu berkolaborasi dengan konteks lainnya dalam pembentukan nasionalisme siswa,” katanya.
Terkait hal itu, Matius mengatakan pentingnya nasionalisme diajarkan oleh semua guru, tidak hanya guru mata pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Sekolah Kristen secara khusus dinilai perlu menjelaskan pandangan kekristenan tentang nasionalisme.
“Apakah Pancasila kita yakin sejalan dengan Firman Tuhan? Kalau ya, seperti apa, sehingga Pancasila bisa diterima bukan sekadar sebagai mata pelajaran tetapi way of life sebagai bangsa Indonesia,” kata Matius.
Menolak Diskriminasi
Di pihak lain, Iman Jaya Zandroto mengatakan Yesus telah memberikan teladan sejati dan dasar teologis bagi penolakan berbagai jenis diskriminasi di masyarakat. Gereja di Indonesia juga hadir dan melayani dalam konteks masyarakat yang memiliki kemiripan dengan konteks masyarakat pada zaman Yesus yaitu masyarakat majemuk dan cenderung diskriminatif.
“Prinsip-prinsip pelayanan Yesus dalam menghadapi diskriminasi pada zamannya sangat relevan diterapkan oleh gereja dalam menghadapi berbagai jenis diskriminasi di Indonesia,” kata Iman.
Ketua STT Bandung, Sutrisna Harjanto, mengatakan webinar Conversation That Matters bertujuan untuk mengembangkan budaya penelitian teologi dan pendidikan Kristen di Indonesia. Webinar ini menyediakan forum diseminasi dan diskusi hasil penelitian yang berkualitas untuk disampaikan ke publik agar bisa memberikan kontribusi yang riil bagi masyarakat khususnya gereja dan lembaga Kristen lainnya.
“Hari ini kita bersama-sama menjadi saksi sejarah dimulainya webinar hasil penelitian untuk menolong akses lebih baik bagi para pemimpin Kristen dan gereja. Kita berharap ini menjadi kegerakan bersama untuk mengerjakan penelitian yang berkontribusi bagi pembangunan bangsa dan mendatangkan shalom bagi masyarakat,” ujar Sutrisna.
Seri webinar Conversation That Matters yang digagas oleh STT Bandung merupakan wadah sosialisasi untuk menyalurkan hasil penelitian kepada kalangan publik, sekaligus sebagai forum diskusi di kalangan para peneliti. Webinar ini secara khusus dirancang untuk mempublikasikan hasil penelitian mahasiswa S2 STT Bandung atau peneliti lainnya yang dianggap mampu berkontribusi terhadap pemikiran teologi dan pendidikan Kristen, serta memiliki relevansi tinggi bagi masyarakat. Hasil penelitian juga diluncurkan dalam bentuk monograf demi memudahkan akses kepada masyarakat lebih luas. (IL/Chr)
Responsible Citizenship
in Religious Society
Ikuti update Institut Leimena