info@leimena.org    +62 811 1088 854
IL News 011/2018


“Apa yang membuat sebuah kepemimpinan dapat bertahan lama

serta menghasilkan buah-buah nyata yang bermanfaat bagi sesama dan lingkungan?”

Tiga puluh satu pemuda dari Sinode Gereja Kristen Indonesia (GKI) Wilayah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur, berkumpul bersama di Cipanas, pada 29 Juni-1 Juli 2018, untuk mengembangkan kapasitas kepemimpinan publik mereka. Karakter pemimpin yang berintegritas dan berdampak sebagai nilai utama kepemimpinan publik, menjadi pembuka program GARUDA (Generasi Pembaru Indonesia), yaitu pelatihan kepemimpinan muda sebagai pemimpin publik, kerja sama Sinode GKI dengan Institut Leimena.

Benar bahwa integritas adalah nilai utama. Namun, integritas saja, tidaklah cukup. Bagai dua sisi mata uang, karakter integritas harus dibarengi dengan kompetensi kepemimpinan. Dalam hal kepemimpinan publik, maka kompetensi kewargaan serta kebudayaan, perlu diasah. Dengan pertimbangan inilah, peserta diperlengkapi bukan hanya dengan nilai-nilai utama karakter kepemimpinan, tapi juga dengan narasi kemajemukan Indonesia, gagasan keindonesiaan, serta Pancasila sebagai dasar negara di mana setiap silanya saling bertaut. Pemahaman akan hal ini, dapat menolong peserta untuk memahami sejarah bangsa dan menyadari identitas dirinya di tengah bangsa majemuk, sehingga dapat bersikap dengan tepat dalam menjalankan fungsi kepemimpinannya.

Pembelajaran yang berpusat pada peserta, dilengkapi dengan perpaduan penggunaan teknologi belajar, membuat proses pembelajaran menjadi menyenangkan. Budi H. Setiamarga dan Daniel Adipranata dari Institut Leimena, menjadi fasilitator program ini. Mereka berkolaborasi dengan tim Pendeta GKI untuk memfasilitasi proses belajar. Pdt. Arliyanus Larosa (Sekretaris Umum, Sinode GKI), Pdt. Untari Setyowati (Wakil Sekretaris Umum, Sinode GKI), Pdt. Agus Wijaya (Sekretaris Umum, GKI Sinode Wilayah Jawa Tengah), Pdt. Jotje Hanri Karuh (Sekretaris Umum, GKI Sinode Wilayah Jabar), hadir sepanjang acara untuk memberikan dukungan pada peserta. Pada program ini, Pdt. Arliyanus Larosa menyampaikan harapannya agar peserta dapat memaknai panggilan Tuhan bagi orang Kristen untuk membawa dampak, dengan sikap hidup yang berintegritas. Ia menekankan pentingnya keterlibatan orang Kristen untuk terlibat menghasilkan buah-buah nyata bagi masyarakat, dengan hati yang suci untuk mengabdi.

Tentu, program tiga hari tidak serta merta membuat seseorang menjadi pemimpin publik yang siap berkiprah dan berbuah lebat bagi masyarakat. Dibutuhkan proses untuk menerjunkan diri pada pelayanan terhadap sesama. Dibutuhkan komunitas yang saling mendukung dan berkolaborasi untuk menjaga api kepemimpinan publik tetap menyala. Itulah sebabnya, setelah program ini berlangsung, peserta akan tetap belajar dalam komunitas secara online, dengan memanfaatkan teknologi. Pembelajaran secara online ini mencakup topik-topik kepemimpinan yang diharapkan dapat menolong peserta agar menjadi pemimpin yang berisi dan relevan.

Akhirnya, kembali pada pertanyaan pembuka tulisan ini: apa yang membuat sebuah kepemimpinan dapat bertahan lama serta menghasilkan buah-buah nyata yang bermanfaat bagi sesama dan lingkungan? Karakter berintegritas dan berdampak sebagai nilai utama, dibarengi dengan kompetensi kewargaan dan kebudayaan, dan kesadaran untuk belajar sepanjang hayat.

Responsible Citizenship

in Religious Society

Ikuti update Institut Leimena